Artikel
Saat Si Hiperaktif Tak Mau Duduk
“Aduh anak ini bisa duduk diam di bangku nggak ya, kok, jalan-jalan
terus!”, demikian
sedikit keluhan dari beberapa guru kelas
1 SD (Sekolah Dasar) yang mengeluhkan anak didiknya karena anak itu jalan-jalan
terus di kelas. Akibat tidak bisa duduk diam banyak tugas-tugas belajarnya
tidak selesai atau tidak dikerjakan. Teman-temannya pun menganggap ia anak
nakal dan pemalas.
Perilaku yang digambarkan di atas
merupakan sedikit contoh dari perilaku anak hiperaktif. Sebagai guru kita harus
waspada terhadap gangguan perilaku hiperaktif itu. Mewaspadai perilaku
hiperaktif ini menjadi penting karena perilaku hiperaktif jika tidak diwaspadai
dan tidak ditangani dengan tepat maka akan mengganggu lingkungan belajar dan merugikan
diri anak itu sendiri.
Agar lebih waspada kita kenali
terlebih dahulu karakteristik anak hiperaktif. Berdasarkan kajian dari berbagai
ahli anak hiperaktif memiliki tiga karakteristik utama, yaitu (1) Rentang
perhatian yang kurang sehingga anak mudah lupa, tugas tidak tuntas, cenderung
menghindari tugas, sulit mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau
kegiatan bermain (2) Memiliki
perilaku impulsif yang menyebabkan anak ini sulit diterima temannya karena
sering merebut barang miliki orang lain/temannya, sering memotong pembicaraan,
banyak bicara, dan mengganggu
teman (3) Selalu
bergerak sulit untuk duduk diam/tenang memperhatikan, aktivitas motorik yang
berlebihan, dan sulit
mengatur kegiatan.
Berdasarkan karakteristik di atas
maka jika di kelas terdapat anak hiperaktif dapat dibayangkan bahwa anak itu
akan menjadi gangguan dalam proses belajar mengajar, sementara guru sendiri
sudah cukup sibuk untuk memperhatikan anak-anak lain. Kesibukan guru akan
semakin bertambah dengan hadirnya anak hiperaktif yang membutuhkan perhatian
atau bimbingan yang lebih dari guru. Namun demikian, sebagai
guru yang baik tentunya akan mencari solusi terbaik untuk mengatasi gangguan
perilaku hiperaktif pada anak didiknya.
Melalui tulisan ini, penulis ingin
berbagi sedikit pengalaman dalam menangani anak hiperaktif. Untuk menangani
perilaku hiperaktif, penanganan harus dil;akukan secara bertahap dan fokus pada
gangguan yang akan dikurangi atau dihilangkan
atau perilaku mana yang akan dikembangkan. Untuk memulai langkah penanganan,
kita harus mencatat perilaku mana yang akan dihilangkan dan perilaku mana yang
akan dikembangkan. Dari mana kita mendapat data tentang perilaku itu, bisa kita
peroleh melalui pengamatan terhadap perilaku anak di kelas. Selain itu, dapat pula
diperoleh melalui wawancara dengan orangtua anak. Setelah mencatat dan
mengelompokkan perilaku yang akan dikurangi atau dihilangkan dan perilaku yang akan dikembangkan. Selanjutnya
dapat dilakukan teknik-teknik penanganan yang penulis aplikasikan berdasarkan
Sugiarmin (2005) berikut ini.
Pertama, mengurangi atau menghilangkan
tingkah laku yang tidak dikehendaki. Carilah
faktor pemicu dari perilaku yang tidak dikehendaki itu muncul. Contoh, anak tidak
bisa duduk diam dan sering
jalan-jalan di kelas. Carilah alasan mengapa anak itu tidak bisa duduk diam. Misalnya, alasannya
karena anak membutuhkan perhatian, merasa bosan, ingin udara segar, dan
sebagainya. Hilangkan atau atasi faktor pemicu tersebut.Cara menghilangkan faktor
pemicu dapat dilakukan melalui teknik-teknik berikut :
(a) Ekstingsi,
yaitu tidak merespon tingkah laku yang tidak dikehendaki sampai anak
menghentikannya. Contoh, guru mengabaikan siswa yang berbicara tanpa mengangkat
tangan terlebih dahulu. Atau guru dan teman-temannya mengabaikan anak yang
mengganggu sampai ia bosan atau sadar bahwa guru dan temannya tidak terpancing
(b) Satiasi,
yaitu memberikan apa yang anak inginkan sebelum menuntutnya. Contohnya,
memberikan perhatian sebelum menuntut perhatian, segera beralih pada kegiatan
lain sebelum anak merasa bosan, anak yang suka memukul-mukul meja mintalah anak
tersebut untuk terus memukul meja. Jika berbicara dengannya tataplah matanya
sesekali juga berikan sentuhan fisik seperti menepuk punggungnya atau
mengelus kepalanya untuk memusatkan perhatiannya
(c) Time out. Anak
dipindahkan dari tempat di mana tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi ke tempat yang lain. Misalnya, di pojok kelas atau di meja tersendiri dekat
dengan meja guru.
(d) Hukuman. Cara
ini jarang diterapkan karena khawatir dampak negatifnya, namun jika akan
diterapkan maka perlu memperhatikan hal-hal berikut ini yaitu
diberlakukan untuk perilaku yang sangat membahayakan dan agar tidak berlanjut. Misalnya, melukai teman. Jika tidak berhasil, berikan hukuman yang mendidik. Misalnya, menyapu kelas atau membersihkan jendela kelas. Jangan lupa janganlah menghukum dalam keadaan marah. Netralkan dulu emosi kita saat memberikan hukuman.
diberlakukan untuk perilaku yang sangat membahayakan dan agar tidak berlanjut. Misalnya, melukai teman. Jika tidak berhasil, berikan hukuman yang mendidik. Misalnya, menyapu kelas atau membersihkan jendela kelas. Jangan lupa janganlah menghukum dalam keadaan marah. Netralkan dulu emosi kita saat memberikan hukuman.
Kedua, mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki. Tingkah laku
yang baik tentunya harus dipertahankan dan dikembangkan menjadi lebih baik
lagi. Untuk melakukannya dapat dilakukan dengan cara penguatan (reinforcement). Setiap perilaku yang
dikehendaki akan memperoleh penguatan berupa imbalan. Imbalan dapat berupa
benda atau yang lain, misalnya pujian.
Ketika anak
berbuat benar kemudian diperkuat dengan imbalan, diharapkan anak akan
mempertahankannya untuk selanjutnya dapat dikembangkan ke perilaku positif lainnya. Imbalan atau hadiah sebaiknya
diberikan segera setelah perilaku yang dikehendaki terjadi.
Demikian sedikit teknik-teknik penanganan anak hiperaktif di kelas. Pilihlah teknik yang paling tepat sesuai dengan perilaku yang akan ditangani.
Demikian sedikit teknik-teknik penanganan anak hiperaktif di kelas. Pilihlah teknik yang paling tepat sesuai dengan perilaku yang akan ditangani.
BIODATA PENULIS
Nama : Ucy Nurjanah Sukmawati, S. Pd
Profesi : Guru BK SDIT Ihsanul Amal, Alabio, Kab. HSU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar