SDIT IA
Sejarah SDIT Ihsanul Amal
Pada tanggal 1 Agustus 2008, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ihsanul Amal bermula. Waktu itu tidak ada hal yang istimewa, dengan tempat belajar yang seadanya, siswanya pun hanya sepuluh orang, dan hal-hal yang cukup berbeda dengan kebanyakan sekolah lainnya. Namun demikian, dibalik kekurangan kami punya kearifan, dibalik kesederhaan kami punya karisma, dan dibalik keterbatasan kami punya samudera semangat bahwa kami kelak bisa menjadi yang terbaik. Akhirnya dengan penuh keyakinan, sebuah tempat bimbel sekaligus Koperasi Melati milik almarhum Pak Huri yang berada di Alamatan menjadi “Taman Surga” bagi sepuluh siswa SDIT Ihsanul Amal tersebut dengan status sewa. Sepuluh siswa tersebut adalah Salam, Sudais, Ridha, Zaki, Ilyas, Nastiti, Shopia, Dina, Asiah, dan Zahra.
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ihsanul Amal didirikan dan dikelola Yayasan Ihsanul Amal Amuntai. Dan diantara pendirinya adalah Ustadz Husaini Suni, Lc. Sekolah ini didirikan dengan semangat dakwah, semangat gairah keislaman. Tantangan dakwah kedepan yang semakin “tajam” harus dijawab dengan dakwah pendidikan yang bermutu. Dari sinilah akan lahir generasi saleh, cerdas dan mandiri. Diawali dari anak yang saleh, maka akan tercipta keluarga saleh dan seterusnya otomatis akan tercipta masyarakat yang saleh. Inilah proses dan capaian dari dakwah pendidikan. Bagaimana generasi islam (siswa-siswa muslim) harus berdaya saing dan berprestasi dikancah pendidikan nasional dan internasional. Jangan sampai dunia pendidikan hanya dikuasai oleh sekolah-sekolah non muslim seperti Penabur, Kan’an dan Karnisius. Karenanya sejak berdiri SDIT Ihsanul Amal langsung bergabung dengan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia dan menjadi satu-satunya sekolah di HSU yang tergabung di JSIT Indonesia dengan nomor anggota 5.63.08.02.001.
SDIT Ihsanul Amal merupakan kelanjutan dari TKIT Nurul Ilmi Amuntai. Di Tahun keempat lulusan TKIT Nurul Ilmi, SDIT Ihsanul Amal berdiri. Karenanya semua siswa SDIT di tahun pertama ini adalah lulusan TKIT Nurul Ilmi, kecuali satu ananda Muhammad Ridha Safari lulusan RA Ma’arif Amuntai.
Setiap tenaga pendidik memiliki ciri khas tertentu dalam mengajar, seperti halnya gaya khas mengajar yang dimiliki oleh guru SDIT Ihsanul Amal. Ustad dan ustazah senantiasa semangat dan ceria mendidik siswa dengan konsep materi pembelajaran yang mudah dan menyenangkan. Adapun ustad dan ustazahnya adalah Ustazah Muhsinah, Ustazah Muthmainnah, dan Ustad Ahmad Said Mahfuzh. Ketiga orang tersebut saling bahu-membahu di era awal pendidikan ini. Di bawah tangan dingin Pak Sukiman selaku kepala sekolah SDIT, tiga serangkai tersebut menjalankan amanah dengan penuh antusias dan tanggung jawab.
Setiap hari siswa dibimbing untuk aktif belajar dan melaksanakan pembiasaan-pembiasaan islami. Siswa selalu ditanya tentang pembiasaan yang dilakukan di rumah dan di sekolah. Pertanyaan-pertanyaan rutin itu langsung direkam dibuku penghubung siswa. Bahkan untuk buku penghubung setiap siswa selalu dicek setiap pagi satu persatu, sehingga sentuhan ini sangat terasa dan membekas di sanubari siswa. Jika selalu dilakukan hal-hal seperti itu, maka akan sangat mudah untuk mengenali siswa SDIT dimana saja mereka berada. Misalnya saja, untuk siswa laki-laki setiap ada azan terdengar, mereka langsung segera berwudu dan melaksanakan salat berjamaah dimana saja mereka berada sedangkan untuk siswa perempuan juga mudah dikenali dengan busana muslimahnya, bila keluar rumah mereka selalu menggunakan jilbab.
Tiga bulan berselang Ustadz Muzakir bergabung dibarisan dakwah pendidikan tercinta Ihsanul Amal. Personel kami pun bertambah menjadi lima (Sukiman, Muzakir, Said, Muhsinah dan Muthmainnah). Inilah Pandawa Lima Amuntai yang berjuang hingga terwujud generasi yang saleh, cerdas, dan mandiri di Banua Amuntai Bertaqwa.
Tak terasa musim hujan pun tiba, hampir setiap hari hujan datang mendera sampai akhirnya di sekitar SDIT banjir. Kegiatan belajar siswa terganggu karena halaman sekolah digenangi air yang cukup tinggi. Sekolah harus diliburkan untuk beberapa hari, namun banjir tak kunjung surut. Para siswa tidak mau libur berlama-lama di rumah, mereka selalu kangen dengan gurunya, ingin cepat-cepat ke sekolah karena tidak betah di rumah. Akhirnya, siswa kembali ke sekolah dan bermain air menjadi kegiatan baru bagi mereka. Keadaan inilah yang kemudian membuat pihak yayasan merasa perlu untuk mencari tempat yang lebih baik, dimana siswa bisa fokus untuk belajar tanpa terganggu oleh banjir. Setelah enam bulan berlokasi di Alamatan, SDIT kemudian pindah ke komplek perumahan CPS Sungai Malang Amuntai (dekat rumah Mualim Mukthi) menempati rumah Pak Arsyad. Proses pindah ini tepat di saat libur semester ganjil.
Alhamdulillah, di awal semester genap tepatnya Januari 2009 siswa sudah menempati tempat yang baru. Siswa mengawali kegiatan belajar di tempat baru dengan semangat baru. Sebuah rumah yang disulap menjadi ruang kelas yang nyaman untuk siswa belajar dan bermain. Siswa semakin betah dan semangat belajar karena tempatnya lebih nyaman, aman, dan tenang karena jauh dari jalan raya.
Setelah 6 bulan di CPS Sungai Malang, tepatnya di tahun kedua berdirinya SDIT dan seiring bertambahnya siswa. Maka SDIT kembali harus pindah mencari tempat yang baru agar bisa menampung siswa kelas 1 dan 2 karena tempat yang lama tidak memungkinkan lagi bisa menampung siswa yang semakin bertambah banyak. Adapun tempat yang dipilih adalah sebuah ruko tingkat dua yang berada di kawasan Muara Jumba. Di tempat tersebut ada empat ruangan, diantaranya satu ruang guru, dua ruang kelas, dan satu ruang yang di tempati orang lain. Di tempat ini siswa bertemu kembali dengan keramaian karena letaknya yang tepat berada di pinggir jalan raya dan padat penduduk.
Alhamdulillah, dengan seiring berjalannya waktu siswa sudah terkondisikan dengan model pembelajaran khas SDIT. Banyak hal-hal baru yang ditemukan dari perkembangan siswa SDIT pada kesehariannya berupa celotehan yang menggemaskan, santun, dan pintar dalam melantunan hafalan Alquran yang keluar dari setiap bibir mungilnya. Perilaku siswa yang unik inipun menjadi pemandangan dan pengetahuan baru bagi orang-orang yang hilir mudik lewat di sekitar SDIT. Ditambah lagi dengan visi sekolah yang ingin mencetak generasi saleh, cerdas, dan mandiri menjadikan SDIT pun mulai dilirik dan menjadi pilihan orangtua untuk menyekolahkan anak tercinta mereka. Orangtua merasa puas dengan perubahan nyata pada anaknya. Perubahan tersebut dapat dilihat pada siswa yang salat tepat waktu, rajin mengaji, suka belajar, menurut dengan orangtua, hafal Alquran, hadis, dan doa serta pembiasaan islami lainnya yang menjadi ciri khas anak SDIT.
Di tahun kedua ini, selain tempat yang baru, SDIT juga mendapat kepala sekolah baru yaitu Ustazah Muslihah. Seorang kader terbaik yang penuh keibuan dan ketelatenan memegang kendali bahtera SDIT untuk berlayar ke samudera yang lebih luas. Tahun demi tahunpun berlalu, tanpa terasa SDIT sudah mau memasuki tahun keempat. Di penghujung tahun ketiga kembali jajaran yayasan dibuat pusing untuk mencari tempat yang baru, karena tempat pendidikan di Muara Jumba ini hanya ada tiga ruang kelas, itupun sudah dengan menggusur ruang guru. Tempat yang layak harus segera ditemukan, ditambah lagi dengan peminat SDIT yang semakin bertambah ramai.
Akhirnya di tahun keempat SDIT kembali hijrah, tepatnya pada tahun 2011 bulan Juli SDIT menempati gedung baru yang bertempat di Sungai Sandung –Alabio. Di gedung baru ini anak-anak makin nyaman dengan fasilitas 6 ruang kelas, 1 ruang musala, 1 ruang kantor, dan tentunya juga memiliki halaman yang luas. Di kelilingi sawah dan banyak pohon jambu dan pisang menjadikan Taman Surga Ihsanul Amal menjadi terasa lebih indah. Rasa sejuk, tenang dan unik membuat anak-anak makin betah di sekolah. Kenapa unik, karena bagi anak yang terbiasa tinggal di kota, suasana desa, sawah, pepohonan, semak belukar bahkan lumpur menjadi keasyikan tersendiri yang tidak atau bahkan jarang ditemukan di kota. Belajar di bawah pohon sambil makan jambu merah menjadi kenangan yang tak terlupakan. Menangkap ikan sapat, pupuyu, dan anak haruan disaat tidak belajar menjadi pengalaman indah mereka di masa kecil. Menghafal Alquran di atas pohon jambu, hadis, dan doa di atas pohon mentega, duuuh senangnya. Jalan-jalan menyusuri hutan di bawah rindangnya pepohonan kian membuat siswa semakin bersemangat dalam belajar. Bisa dibayangkan bagaimana asyiknya belajar di bawah pohon dengan tiupan angin nan sejuk, kicauan burung pipit yang bersahutan, dan tentunya buah-buahan ranum yang menggoda.
Setelah pindah ke Sungai Sandung, siswa dimanjakan dengan indahnya pemandangan alam di sekitar SDIT, selain itu siswa juga dimanjakan dengan mobil antar jemput. Setiap hari siswa naik mobil ke sekolah, hore asyiknya. Siswa tidak kehujanan ataupun kepanasan ketika pergi dan pulang dari sekolah. Banyak orang tua senang dengan adanya mobil antar jemput ini.
Sejak tahun 2011 itulah hingga kini SDIT tidak lagi berpindah-pindah tempat. SDIT sudah punya tempat yang tetap milik sendiri. SDIT terus berbenah membangun prasarana, seperti ruang kelas yang terus bertambah hingga 3 rombel per tahun. Akses jalan diperbaiki dengan pengaspalan jalan, halaman dibatako, disediakan lapangan sepak bola, futsal, basket, bulu tangkis, dan lain-lain.
Tahun 2012 terjadi kekosongan kepemimpinan. Ustazah Muslihah yang semula cuti melahirkan, memutuskan untuk istirahat fokus mendidik anak-anaknya di rumah. Untuk sementara waktu SDIT tanpa nakhoda, namun demikian perahu ini terus berlayar sambil menanti nakhoda baru. Allah pun menakdirkan Ustad Amirudin menjadi sosok nahkoda baru untuk SDIT Ihsanul Amal. Ustadz Amir mulai bergerak ke semua lini yang terkait dengan pendidikan, silaturrahmi ke dinas-dinas terkait, tokoh-tokoh, dan sekolah-sekolah agar SDIT makin dikenal dan merajut jalinan komunikasi. Di fase ini SDIT makin aktif mengikuti K3S, KKG dan pertemuan atau kegiatan lainnya dari dinas pendidikan maupun UPT setempat.
Adapun hal yang melekat pada SDIT adalah proses belajar yang mudah dan menyenangkan. Pembinaan salat yang telaten, hafalan Alquran, hadis, dan doa harian. Pembiasaan adab makan dan minum, menutup aurat, cara bersalaman dengan sesama, mengucapkan salam ketika masuk rumah, dan mandi sendiri. Terbiasa menabung, berinfak, saling memaafkan, dan lain-lain.
Demikian sedikit gambaran sejarah SDIT Ihsanul Amal bermula. Bersama Anda kami ingin berbagi, berbagi amal terbaik (ahsanu amala). Selamat bergabung menjadi bagian dari keluarga besar SDIT Ihsanul Amal (Generasi Saleh, Cerdas, Mandiri dan Berbudaya Lingkungan).
SDIT Ihsanul Amal merupakan kelanjutan dari TKIT Nurul Ilmi Amuntai. Di Tahun keempat lulusan TKIT Nurul Ilmi, SDIT Ihsanul Amal berdiri. Karenanya semua siswa SDIT di tahun pertama ini adalah lulusan TKIT Nurul Ilmi, kecuali satu ananda Muhammad Ridha Safari lulusan RA Ma’arif Amuntai.
Setiap tenaga pendidik memiliki ciri khas tertentu dalam mengajar, seperti halnya gaya khas mengajar yang dimiliki oleh guru SDIT Ihsanul Amal. Ustad dan ustazah senantiasa semangat dan ceria mendidik siswa dengan konsep materi pembelajaran yang mudah dan menyenangkan. Adapun ustad dan ustazahnya adalah Ustazah Muhsinah, Ustazah Muthmainnah, dan Ustad Ahmad Said Mahfuzh. Ketiga orang tersebut saling bahu-membahu di era awal pendidikan ini. Di bawah tangan dingin Pak Sukiman selaku kepala sekolah SDIT, tiga serangkai tersebut menjalankan amanah dengan penuh antusias dan tanggung jawab.
Setiap hari siswa dibimbing untuk aktif belajar dan melaksanakan pembiasaan-pembiasaan islami. Siswa selalu ditanya tentang pembiasaan yang dilakukan di rumah dan di sekolah. Pertanyaan-pertanyaan rutin itu langsung direkam dibuku penghubung siswa. Bahkan untuk buku penghubung setiap siswa selalu dicek setiap pagi satu persatu, sehingga sentuhan ini sangat terasa dan membekas di sanubari siswa. Jika selalu dilakukan hal-hal seperti itu, maka akan sangat mudah untuk mengenali siswa SDIT dimana saja mereka berada. Misalnya saja, untuk siswa laki-laki setiap ada azan terdengar, mereka langsung segera berwudu dan melaksanakan salat berjamaah dimana saja mereka berada sedangkan untuk siswa perempuan juga mudah dikenali dengan busana muslimahnya, bila keluar rumah mereka selalu menggunakan jilbab.
Tiga bulan berselang Ustadz Muzakir bergabung dibarisan dakwah pendidikan tercinta Ihsanul Amal. Personel kami pun bertambah menjadi lima (Sukiman, Muzakir, Said, Muhsinah dan Muthmainnah). Inilah Pandawa Lima Amuntai yang berjuang hingga terwujud generasi yang saleh, cerdas, dan mandiri di Banua Amuntai Bertaqwa.
Tak terasa musim hujan pun tiba, hampir setiap hari hujan datang mendera sampai akhirnya di sekitar SDIT banjir. Kegiatan belajar siswa terganggu karena halaman sekolah digenangi air yang cukup tinggi. Sekolah harus diliburkan untuk beberapa hari, namun banjir tak kunjung surut. Para siswa tidak mau libur berlama-lama di rumah, mereka selalu kangen dengan gurunya, ingin cepat-cepat ke sekolah karena tidak betah di rumah. Akhirnya, siswa kembali ke sekolah dan bermain air menjadi kegiatan baru bagi mereka. Keadaan inilah yang kemudian membuat pihak yayasan merasa perlu untuk mencari tempat yang lebih baik, dimana siswa bisa fokus untuk belajar tanpa terganggu oleh banjir. Setelah enam bulan berlokasi di Alamatan, SDIT kemudian pindah ke komplek perumahan CPS Sungai Malang Amuntai (dekat rumah Mualim Mukthi) menempati rumah Pak Arsyad. Proses pindah ini tepat di saat libur semester ganjil.
Alhamdulillah, di awal semester genap tepatnya Januari 2009 siswa sudah menempati tempat yang baru. Siswa mengawali kegiatan belajar di tempat baru dengan semangat baru. Sebuah rumah yang disulap menjadi ruang kelas yang nyaman untuk siswa belajar dan bermain. Siswa semakin betah dan semangat belajar karena tempatnya lebih nyaman, aman, dan tenang karena jauh dari jalan raya.
Setelah 6 bulan di CPS Sungai Malang, tepatnya di tahun kedua berdirinya SDIT dan seiring bertambahnya siswa. Maka SDIT kembali harus pindah mencari tempat yang baru agar bisa menampung siswa kelas 1 dan 2 karena tempat yang lama tidak memungkinkan lagi bisa menampung siswa yang semakin bertambah banyak. Adapun tempat yang dipilih adalah sebuah ruko tingkat dua yang berada di kawasan Muara Jumba. Di tempat tersebut ada empat ruangan, diantaranya satu ruang guru, dua ruang kelas, dan satu ruang yang di tempati orang lain. Di tempat ini siswa bertemu kembali dengan keramaian karena letaknya yang tepat berada di pinggir jalan raya dan padat penduduk.
Alhamdulillah, dengan seiring berjalannya waktu siswa sudah terkondisikan dengan model pembelajaran khas SDIT. Banyak hal-hal baru yang ditemukan dari perkembangan siswa SDIT pada kesehariannya berupa celotehan yang menggemaskan, santun, dan pintar dalam melantunan hafalan Alquran yang keluar dari setiap bibir mungilnya. Perilaku siswa yang unik inipun menjadi pemandangan dan pengetahuan baru bagi orang-orang yang hilir mudik lewat di sekitar SDIT. Ditambah lagi dengan visi sekolah yang ingin mencetak generasi saleh, cerdas, dan mandiri menjadikan SDIT pun mulai dilirik dan menjadi pilihan orangtua untuk menyekolahkan anak tercinta mereka. Orangtua merasa puas dengan perubahan nyata pada anaknya. Perubahan tersebut dapat dilihat pada siswa yang salat tepat waktu, rajin mengaji, suka belajar, menurut dengan orangtua, hafal Alquran, hadis, dan doa serta pembiasaan islami lainnya yang menjadi ciri khas anak SDIT.
Di tahun kedua ini, selain tempat yang baru, SDIT juga mendapat kepala sekolah baru yaitu Ustazah Muslihah. Seorang kader terbaik yang penuh keibuan dan ketelatenan memegang kendali bahtera SDIT untuk berlayar ke samudera yang lebih luas. Tahun demi tahunpun berlalu, tanpa terasa SDIT sudah mau memasuki tahun keempat. Di penghujung tahun ketiga kembali jajaran yayasan dibuat pusing untuk mencari tempat yang baru, karena tempat pendidikan di Muara Jumba ini hanya ada tiga ruang kelas, itupun sudah dengan menggusur ruang guru. Tempat yang layak harus segera ditemukan, ditambah lagi dengan peminat SDIT yang semakin bertambah ramai.
Akhirnya di tahun keempat SDIT kembali hijrah, tepatnya pada tahun 2011 bulan Juli SDIT menempati gedung baru yang bertempat di Sungai Sandung –Alabio. Di gedung baru ini anak-anak makin nyaman dengan fasilitas 6 ruang kelas, 1 ruang musala, 1 ruang kantor, dan tentunya juga memiliki halaman yang luas. Di kelilingi sawah dan banyak pohon jambu dan pisang menjadikan Taman Surga Ihsanul Amal menjadi terasa lebih indah. Rasa sejuk, tenang dan unik membuat anak-anak makin betah di sekolah. Kenapa unik, karena bagi anak yang terbiasa tinggal di kota, suasana desa, sawah, pepohonan, semak belukar bahkan lumpur menjadi keasyikan tersendiri yang tidak atau bahkan jarang ditemukan di kota. Belajar di bawah pohon sambil makan jambu merah menjadi kenangan yang tak terlupakan. Menangkap ikan sapat, pupuyu, dan anak haruan disaat tidak belajar menjadi pengalaman indah mereka di masa kecil. Menghafal Alquran di atas pohon jambu, hadis, dan doa di atas pohon mentega, duuuh senangnya. Jalan-jalan menyusuri hutan di bawah rindangnya pepohonan kian membuat siswa semakin bersemangat dalam belajar. Bisa dibayangkan bagaimana asyiknya belajar di bawah pohon dengan tiupan angin nan sejuk, kicauan burung pipit yang bersahutan, dan tentunya buah-buahan ranum yang menggoda.
Setelah pindah ke Sungai Sandung, siswa dimanjakan dengan indahnya pemandangan alam di sekitar SDIT, selain itu siswa juga dimanjakan dengan mobil antar jemput. Setiap hari siswa naik mobil ke sekolah, hore asyiknya. Siswa tidak kehujanan ataupun kepanasan ketika pergi dan pulang dari sekolah. Banyak orang tua senang dengan adanya mobil antar jemput ini.
Sejak tahun 2011 itulah hingga kini SDIT tidak lagi berpindah-pindah tempat. SDIT sudah punya tempat yang tetap milik sendiri. SDIT terus berbenah membangun prasarana, seperti ruang kelas yang terus bertambah hingga 3 rombel per tahun. Akses jalan diperbaiki dengan pengaspalan jalan, halaman dibatako, disediakan lapangan sepak bola, futsal, basket, bulu tangkis, dan lain-lain.
Tahun 2012 terjadi kekosongan kepemimpinan. Ustazah Muslihah yang semula cuti melahirkan, memutuskan untuk istirahat fokus mendidik anak-anaknya di rumah. Untuk sementara waktu SDIT tanpa nakhoda, namun demikian perahu ini terus berlayar sambil menanti nakhoda baru. Allah pun menakdirkan Ustad Amirudin menjadi sosok nahkoda baru untuk SDIT Ihsanul Amal. Ustadz Amir mulai bergerak ke semua lini yang terkait dengan pendidikan, silaturrahmi ke dinas-dinas terkait, tokoh-tokoh, dan sekolah-sekolah agar SDIT makin dikenal dan merajut jalinan komunikasi. Di fase ini SDIT makin aktif mengikuti K3S, KKG dan pertemuan atau kegiatan lainnya dari dinas pendidikan maupun UPT setempat.
Adapun hal yang melekat pada SDIT adalah proses belajar yang mudah dan menyenangkan. Pembinaan salat yang telaten, hafalan Alquran, hadis, dan doa harian. Pembiasaan adab makan dan minum, menutup aurat, cara bersalaman dengan sesama, mengucapkan salam ketika masuk rumah, dan mandi sendiri. Terbiasa menabung, berinfak, saling memaafkan, dan lain-lain.
Demikian sedikit gambaran sejarah SDIT Ihsanul Amal bermula. Bersama Anda kami ingin berbagi, berbagi amal terbaik (ahsanu amala). Selamat bergabung menjadi bagian dari keluarga besar SDIT Ihsanul Amal (Generasi Saleh, Cerdas, Mandiri dan Berbudaya Lingkungan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar