Post Page Advertisement [Top]

Artikel

Menggagas HOTS dalam Pembelajaran TERPADU

Profesi guru merupakan warisan para nabi. Guru adalah profesi terhormat karena menyiapkan siswa mampu menjawab pertanyaan malaikat. Tak sekedar menjawab pertanyaan UN belaka. Oleh karenanya, etos kerja seorang guru menurut Imam Ghazali mestilah cerdas daya pikirnya, mulia akhlaknya, dan kuat mental serta fisiknya..
Guru cerdas pastilah visioner. Guru yang sanggup memasuki ke dunia siswa dan mencoba meraba dan mempersiapkan masa depan siswanya. Guru yang benar-benar merdeka dari buku teks sehingga mampu mengembangkan Indikator Ketercapaian Kompetensi (IKK) sesuai taksonomi yang ingin dicapai.
Mulianya akhlak seorang guru timbul dari kebiasaan ibadahnya sehari-hari. Shalat awal waktu, shalat dhuha, shalat  malam, shalat sunnah,  mengaji, dan berinfaq yang dirutinkan. Dari amal ibadah harian ini niscaya akan melahirkan sosok guru yang penyayang, cekatan, komunikatif, dan memiliki integritas serta loyalitas yang tinggi.
Guru yang kuat mentalnya tak mudah goyah menghadapi polah siswa yang beraneka rupa. Tak gentar dirinya saat berhadapan dengan keluhan orang tua siswa. Siap selalu menampung aspirasi dengan tangan terbuka. Senang bergembira bersama siswa dan cepat mengembalikan emosi positifnya di kala gulana.
Guru yang kuat fisiknya akan selalu disukai siswa layaknya guru olahraga. Masih lekat di ingatan kita jika pelajaran olahraga mengutamakan praktek dan minim teori. Mestinya pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam juga demikian. Pelajaran agama pun hendaknya tak membosankan. Bolehlah banyak hafalan, tetapi pembelajaran baiknya di selimuti keceriaan. Dengan permainan dan eksperimen yang mengasyikkan, siwa dapat memahami berbagai mata pelajaran lebih mudah dan menyenangkan.
Paling tidak gunakan dua pendekatan pokok dalam pembelajaran kurikulum 2013 yaitu pendekatan inkuiri dan ilmiah. Pertama, pendekatan inkuiri adalah pendekatan dimana siswa tidak lagi diberi tahu namun mencari tahu. Konsep pengetahuan dipandang tidak penting dalam tujuan pembelajarannya, namun yang paling penting adalah sikap atau keterampilan siswa dalam proses mendapatkan pengetahuan. Dengan pendekatan inilah akan lahir proses berfikir tingkat tinggi (HOTS).
Kedua, pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Mereka menggunakan pendekatan ini untuk mengkritisi atau menguji sebuah fenomena untuk menciptakan sebuah konsep baru. Inilah perilaku inovatif dan produktif. Dengan menggunakan pendekatan ini, diharapkan siswa dapat menciptkan atau berinovasi dalam menciptakan produk seperti para ilmuwan.
Secara bertahap, ada lima langkah dalam implementasi kurikulum 2013 ini. Orang Indonesia memendekkan dengan istilah 5M sedangkan dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan 5-ing. Kelimanya adalah "mengamati, observing", "menanya, questioning", mencoba, experimenting", menalar, associating", "mengkomunikasikan, communicating". Lima langkah ini sangat kental dengan desain ilmu sains (IPA) yang sangat ilmiah. Namun dalam implementasinya dapat juga dikawinkan dengan pendekatan pembelajaran sosial dan agama. Karena karakteristik mata pelajaran yang berbeda, maka modifikasi 5M ini bisa dilakukan dan disesuaikan. Yang paling pokok, bagaimana guru menumbuhkan produktifitas siswa.
Sehingga dengan penerapan pendekatan saintifik (5M) dalam kurikulum 2013 diharapkan mampu mengubah iklim pembelajaran menjadi lebih aktif dan mampu merangsang kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa. Bahkan sampai membuat siswa menghasilkan sebuah karya. Dengan kata lain, pembelajaran diharapkan berada pada level yang lebih tinggi baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Penerapan beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran berbasis proyek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning),pembelajaran dengan pendekatan penyelesaian masalah (problem solving), menemukan (discovery/ inquiry) menjadi peluang bagi guru untuk menerapkan kegiatan pembelajaran pada level HOTS (Higher Order Thinking Skill). Tinggal bergantung kepada kemampuan guru dalam merencang dan mengimplementasikannya pada pembelajaran. Model pembelajaran ini bukan model yang kaku, namun bersifat terbuka dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan guru, siswa dan karakteristik materi pelajaran.
Kegiatan pembelajaran pun diharapkan didesain secara kolaboratif untuk melatih kerjasama, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berargumentasi, serta kemampuan mengendalikan emosi. Dengan demikian, disamping belajar materi pelajaran, siswa pun diberikan penanaman pendidikan karakter dan literasi sebagaimana yang saat ini diamanatkan oleh Kemdikbud dimana kedua hal tersebut harus diintegrasikan pada kegiatan pembelajaran.
Pada prakteknya, penerapan pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh guru. Kadang guru sudah merasa berbuat maksimal agar kegiatan pembelajaran menarik, tetapi respon para siswa tetap saja dingin, dan relatif pasif. Kemampuan guru dalam menyusun skenario pembelajaran dan penilaian HOTS harus sama-sama ditingkatkan. Saat KKG atau rapat mingguan guru melakukan praktek penerapan pembelajaran dan penilaian HOTS. Baru guru belajar menulis soal-soal HOTS.
Soal-soal HOTS baik berupa benar salah, pilihan ganda, isian, dan uraian  bukan berarti soalnya sulit, redaksinya panjang, dan berbelit-belit sehingga memusingkan siswa. Tetapi soal tersebut disusun secara proporsional untuk mengukur Indikator Ketercapaian Kompetensi (IKK) secara efektif serta memiliki kedalaman sehingga siswa pun terangsang untuk tidak menjawab secara asal-asalan. Jawaban soal uraian disamping tertutup juga dapat bersifat terbuka agar siswa mampu mengonstruksi jawabannya dengan bebas.
Maka masa depan siswa abad ini adalah masa di mana siswa harus memiliki empat keterampilan pokok. Keterampilan itu yang dapat membuat siswa bertahan hidup di masa depan. Keterampilan itu adalah yang disingkat 4K: (1) kritis (berpikir kritis), (2) kreatif, (3) kolaboratif, (4) komunikatif. Keempat keterampilan ini sebenarnya berujung pada individu yang produktif dan inovatif. Mereka dengan keterampilan ini akan mampu memproduk sebuah hasil pengetahuannya. Bukan hanya sebagai individu yang hanya "tahu" namun mereka yang mampu mengaktualisasikan ilmu pengetahuannya dalam produk yang bermanfaat bagi kehidupan.
Ruang kelas akan menjadi istana pembangun peradaban dalam menciptakan (create) barang baru yang bisa membanggakan generasi selanjutnya. Mereka tidak lagi akan menggunakan produk orang lain, karena mereka sendiri lah yang memiliki produknya. Mereka akan percaya diri untuk menggunakan produk sendiri daripada produk negara lain. Sehingga bangsa kita akan menjadi bangsa kreatif, produktif, dan inovatif. Tentunya ramuan pembelajaran berbasis HOTS yang dibumbui 4 keterampilan berfikir diatas akan makin sedap hasilnya bila diberi garam “TERPADU”. Bila tak ada garam tentunya sebuah hidangan yang menggiurkan pun terasa kurang kelezatannya.
Garam “TERPADU” ini meliputi 6 proses pembelajaran. Telaah materi sebelum diajarka ke siswa. Apakah ada muatan khurafat dan jauh dari ketauhidan. Apakah sudah sesuai dengan silabus yang disusun dan apakah materinya bisa dikembangkan. Selalu  kaitkan dengan materi keislaman. Agar siswa selalu ingat, materi keislaman itu luas. Tak hanya bicara ayat. Tetapi juga hadis, sirah atau cerita yang berkaitan dengan akhlak, fiqh, dan sebagainya.
Eksplorasi materi dengan berbagai persiapan sebelum mengajar. Siapkan media yang cocok. Sandingkan dengan model pembelajaran yang pas. Rancanglah rubrik penskoran untuk penilaian yang HOTS. Pancing keingin tahuan siswa dengan beraneka jenis pertanyaan dan pengetahuan awal mereka. Tak cukup memberi siswa penjelasan dan catatan, tetapi ajak mereka berfikir dari awal tentang betapa menariknya materi yang akan dipelajari hari ini.
Rumuskan materi yang wajib di ingat siswa. Bedakan mana materi yang esensial dan materi yang penting dan kurang penting. Ajarkan siswa membangun konsep dengan pembimbingan. Tak melulu disuapi materi secara instan. Buatkan konsep yang ringkas, padat, dan benar-benar dialami siswa. Bukan hanya hasil akhir pengetahuan yang dihafalkan. Tetapi juga proses mendapatkan pengetahuan (membangun konsep) tersebut. Puncaknya, siswa merasa pembelajarannya sangat bermakna. Selalu di ingat sepanjang hayatnya. Tak hanya materinya, tetapi juga sosok gurunya tercinta.
Presentasikan dengan cara membuat Lapbook, mind mapping interaktif, diskusi panel, membuat diagram 3 dimensi, saling bertukar cerita, dan memakai peralatan yang tersedia. Jadikan momen ini penguatan membangun rasa percaya diri siswa, saling menghargai gasil karya, dan unjuk gigi dalam berbicara.
Aplikasikan tak hanya di dalam kelas saja. Di rumah pun tak boleh ketinggalan. Sungguh besar hati orang tua bila melihat anaknya piawai mengerjakan tugas rumah tangga sehari-hari. Tak melulu belajar dan bermain. Tanggap bila sang ibu kerepotan merawat adik. Sigap membantu ayah mencuci sepeda motor. Tulus mencucikan piring kakak sehabis ia makan.
Duniawi di dapat dengan mengaitkan pembelajaran yang berhubungan dengan informasi masa kini. Guru tak boleh ketinggalan info-info terhangat. Bijak dalam menyaring informasi yang pas disampaikan untuk siswa. Teliti dengan cermat sebelum bercerita. Agar guru tak menyesal nantinya.
Ukhrawi diingatkan saat refleksi pembelajaran. Agar siswa mengingat dengan sesadar-sadarnya hakikat ilmu yang dipelajari hari ini. Ilmu yang membawa kemanfaatan. Tak sekedar numpang lewat telinga kanan. Ilmu yang bisa membawanya menuju surga yang didambakan.
Konsep kurikulum 2013 bersama konsep TERPADU ini akan menciptakan pembelajaran aktif. Dengan diaktifkan selama belajar, siswa akan terlatih menggunakan kemampuan berpikirnya. Dengan HOTS, siswa mampu mengolah informasi dan membangun pengertian-pengertian baru. Semakin lama kemampuan berpikirnya semakin tinggi. Semakin mampu memikirkan hal-hal yang abstrak dan kompleks. Menjadi insan yang furqon, mampu membedakan yang baik dan yang buruk.
Oleh sebab itu, esensi pembelajaran aktif tidak terletak pada heboh dan gaduhnya kegiatan siswa. Melainkan penggunaan berbagai model pembelajaran TERPADU yang berorientasi melatih HOTS dan 4K. Penggunaan aneka kegiatan belajar ini memungkinkan guru melayani berbagai gaya belajar yang dimiliki siswa.
Siswa yang diam tak bersuara menganalisis sebuah teks laporan investigasi misalnya, layak disebut aktif dalam belajar. Mengapa disebut aktif? Karena dia menggunakan seluruh kemampuan berpikirnya untuk melakukan analisis dan menyusun kesimpulan. Siswa yang merasa terlibat dalam belajar akan terbiasa membangun motivasi internal saat proses belajar. Pembelajaran yang konkret dan terkait dengan pengalaman hidup sehari-hari akan memudahkan hafal disertai paham makna.
Demikianlah paradigma pembelajaran abad 21. Melatih siswa berpikir tingkat tinggi disertai bertindak ilmiah layaknya ilmuwan. Sekaligus melatih 4 keterampilan berfikir yang disertai konsep TERPADU untuk menyemai budaya belajar yang sejati.




              BIODATA SINGKAT PENULIS

Nama : Rahmah, S.Pd.I
Pekerjaan : Guru SDIT Ihsanul Amal Alabio, Kab. HSU
Alamat : Jl. Candi Agung RT 1 No. 34, Paliwara, Amuntai Tengah, HSU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]