Artikel
BUDAYA SALAMAN PENUMBUH KARAKTER BERSAHABAT DI SEKOLAH
Tradisi bersalaman pagi sudah menjadi budaya di
sekolah penulis. Setiap pagi para ustadz dan ustadzah yang bertugas piket dan
pimpinan sekolah menyambut kedatangan para siswa di pintu masuk sekolah.Tradisi
ini di lakukan setiap hari, dan membuat para peserta didik merasa diperhatikan
dengan baik.
Diantara
praktek mudah menerapkan akhlak mulia dalam pergaulan sehari-hari ialah
bersalaman ketika bertemu. Ketika bertemu dengan saudara seiman, baik yang sudah
dekat ataupun baru dikenal. Raihlah tangannya lebih dulu untuk bersalaman dan
lepaslah tangannya setelah ia melepas duluan. Jangan lewatkan kesempatan
tersebut karena dengan bersalaman, akan menggugurkan dosa-dosa. Rasulullah shallallahu‘alaihi
wasallam bersabda: “Tidaklah dua orang muslim yang bertemu lalu
berjabat tangan, melainkan dosa keduanya sudah diampuni sebelum mereka berpisah”
(HR. Abu Dawud no. 5.212 dan at-Tirmidzi no. 2.727, dishahihkan oleh al-Albani)
Dalam
hadits lain, dikatakan bahwa dosa-dosa orang yang bersalaman itu berguguran
sebagaimana gugurnya daun. Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika seorang mukmin bertemu dengan mukmin yang lain, ia memberi salam
padanya, lalu meraih tangannya untuk bersalaman, maka berguguranlah
dosa-dosanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon” (HR. Ath Thabrani
dalam Al Ausath, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash
Shahihah 2/59).
Tidak
tepat rasanya jika hanya bersalaman dengan orang yang dikenal saja atau yang
akrab saja. Karena hadits-hadits di atas menyebutkan keutamaan bersalaman antar
sesama muslim secara umum, baik yang dikenal maupun baru kenal atau tidak kenal
sebelumnya. Tidak tepat pula orang yang menunggu disodori tangan dahulu, baru
ia bersalaman.
Hendaknya
setiap kita bersemangat untuk menjadi yang pertama kali menyodorkan tangan
untuk bersalama.Mengapa? Karena demikian lah yang dipuji oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam dan para sahabatnya. Sebagaimana dalam hadits: “Ketika
datang rombongan penduduk Yaman, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‘Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah orang-orang yang hatinya lebih
halus dari kalian’. Anas bin Malik menambahkan: “Dan mereka juga orang-orang
yang biasanya pertama kali menyodorkan tangan untuk bersalaman’” (HR.
Bukhari dalam Adabul Mufrad, 967; Ahmad 3/212).
Namun
perlu menjadi catatan, walau bersalaman dengan sesama muslim itu dianjurkan,
namun tidak diperkenankan berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram anda,
walaupun ia termasuk kerabat. Oleh karena itulah, mulai siswa kelas 3 di
sekolah penulis hanya berjabat tangan dengan ustadz saja. Karena
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda: “Andai
kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu masih lebih
baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. (HR. Baihaqi
dalam Syu’abul Iman no. 4544, dishahihkan oleh Al Albani
dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 226).
Tradisi salaman pagi adalah salah satu bentuk
dari pendidikan karakter yang kini tengah didengung-dengungkan oleh pemerintah.
Sebelum pemerintah mencanangkan konsep pendidikan berkarakter, sekolah penulis
sudah memulainya. Tepatnya, ketika sekolah kami berdiri di tahun 2008. Tradisi
salaman pagi adalah pencerminan dari penghormatan antara yang muda dan tua
dengan cara mencium tangan. Di sanalah terjadi penghormatan seorang pendidik
kepada para peserta didiknya. Penghornatan anak kepada orang tuanya.
Bila tradisi bersalam-salaman terus dilestarikan
di bumi Indonesia, maka tak ada orang muda yang tidak bersalaman (seraya
mencium tangan) kepada orang tua ketika bertemu. Inilah simbol dari sebuah
kultur budaya Indonesia asli, dimana yang tua menghormati yang muda dan
begitupun sebaliknya.
Tradisi salaman pagi harus terus dikembangkan
di sekolah-sekolah kita.Para Ustadz dan ustadzah wajib menyambut para peserta
didiknya yang tiba di sekolah. Ini merupakan sebuah apresiasi yang tidak akan
pernah ada dalam kurikulum kita. Budaya ini terus berkembang melalui hidden curriculum yang dikembangkan
melalui budaya sekolah (school culture)
yang tetap eksis dan terus dilestarikan. Tradisi bersalaman tak akan punah
apabila para pendidik memahami akan kebermanfaatan salaman pagi tersebut.
Manfaat paling terasa dari tradisi salaman
pagi adalah membuat para guru lebih tahu dari awal, mana siswa yang telah siap
belajar, dan mana siswa yang belum siap belajar.Hal itu terlihat mudah dari
wajah-wajah mereka. Siapa saja siswa yang telah siap datang ke sekolah, maka
ada keceriaan di sana. Ada senyuman manis di bibir yang seolah mengatakan,
“saya sudah siap belajar hari ini”.
Akhirnya tradisi salaman pagi akan mampu
membuat para penyelenggara pendidikan menyiapkan 5S dalam kesehariannya di
sekolah. Ada senyum, salam, sapa, sabar, dan syukur terjadi di sana. Membuat
para peserta didik merasa diperhatikan, dari mulai kedatangan di rumah keduanya
yang menyenangkan. Sekolah harus menjadi rumah kedua bagi peserta didiknya.
Mari kita biasakan bersalaman dengan siapa pun agar tali silaturrahim dan
keberkahan selalu mehinggapi.
Biodata Penulis
Nama : Sri Yanti, S.Pd.
Profesi : Guru SDIT Ihsanul Amal Alabio, Kab.
HSU
Alamat
: Jl. Merdeka RT.05 No.44 Sungai Pandan, HSU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar